Era globalisasi yang berkembang pesat beberapa dekade
terakhir ini, yang ditandai oleh kemajuan di berbagai bidang. Khususnya dalam teknologi komunikasi dan informasi. Teknologi telah menawarkan berbagai kemudahan dalam beraktifitas. Namun kemudahan itu tidak serta merta tanpa akibat. Hal ini tidak lepas dari
konsekuensi yang harus dipertimbangkan akibat kemajuan itu sendiri.
Secara otomatis globalisasi juga membawa perubahan di berbagai
bidang, baik sosial, ekonomi, budaya dan lain sebagainya. Berbagai
perubahan tersebut tentu menuntut konpensasi yang logis, yakni
penyesuaian. Setiap individu diharuskan melakukan penyesuaianpenyesuaian dalam hidupnya agar mampu mengimbangi berbagai
perubahan yang terjadi.
Di antara teknologi komunikasi dan informasi yang paling istimewa adalah internet. Internet memang ibarat pisau bermata dua. Di satu sisi, teknologi ini bisa bermanfaat jika digunakan untuk hal-hal yang baik dan bermanfaat, seperti mencari bahan-bahan pelajaran sekolah, bahan diskusi, mencari program beasiswa, konsultasi dengan pakar, belajar jarak jauh, mencari metode-metode pengajaran berbasis multimedia dan lain sebagainya. Namun sayangnya penggunaan internet justru malah bergeser kepada hal-hal yang negatif dan ini harus menjadi perhatian seluruh masyarakat, karena bagaimanapun internet tetap dibutuhkan sebagai sarana informasi dan komunikasi yang bersifat global. Walaupun di sisi lain, harus siap untuk melakukan antisipasi guna mengatasi dampak-dampak negatifnya.
Internet saat ini sudah menjadi bagian kehidupan sehari-hari, sehingga hampir setiap orang, bahkan yang berada di daerah pedesaan atau pelosokpun dapat mengakses internet, itulah bukti bahwa internet sekarang ini telah menjadi pokok kehidupan. Dunia seakan-akan tidak memiliki batas ruang dan waktu, sehingga sangat mudah dijelajahi. Siapapun dapat dengan mudah berkenalan dan berinteraksi, bahkan menjalin hubungan yang akrab dengan individu lainnya dari berbagai belahan benua manapun, tanpa kendala yang berarti. Hal inilah yang mampu ditawarkan internet, sebagai dunia maya yang mampu mengkoneksikan dengan begitu mudahnya. Akan tetapi dibalik kemampuannya tersebut, internet juga menimbulkan hal negatif dalam pemanfaatannya. Dampak negatif ini kebanyakan di kalangan remaja, yang notabene masih berstatus pelajar dan mahasiswa. Misalnya, bermain game online sampai lupa waktu, berjudi, dan yang paling sering membuka situs-situs porno. Berbagai bentuk islustrasi gambar dan adegan yang vulgar dan mengundang nafsu ini, menjadi salah satu menu favorit di kalangan remaja, apalagi mereka secara fisiologis, sedang berada di puncak untuk mengendalikan dorongan seksualnya. Oleh sebab itu, dampak internet demikian hebat, tidak hanya terkait dengan konsumsi situs porno dan perilaku seksual, tetapi juga berdampak pada kesehatan psikologis individu. Sebagaimana dilansir Daily Record bahwa suatu penelitian telah menemukan adanya beberapa gangguan kesehatan akibat penggunaan teknologi dalam kehidupan sehari-hari mulai dari narsisme sampai depresi
Internet adalah jaringan global antar komputer untuk berkomunikasi dari suatu lokasi ke lokasi lain di belahan dunia. Dalam internet terdapat berbagai macam informasi, baik yang baik maupun yang buruk, yang benar maupun yang salah. Semua informasi itu dapat diakses lewat internet. Penggunaan internet berkembang dengan pesat. Kini masyarakat dapat dengan mudah mengakses internet di warnet atau melalui laptop dengan modem ataupun wireless-connected, bahkan lewat handphone. Sekarang mungkin untuk mentransfer uang kepada teman atau kolega, hanya dengan mengklik mouse melalui fasilitas e-banking atau mobile banking yang tersedia di handphone. Anda dapat melakukan perjalanan ke luar negeri tanpa membawa uang tunai. Internet telah berkembang menjadi salah satu alat tercepat dan paling efisien. Begitu banyak yang diberikan oleh dunia maya, sehingga untuk memenuhi kebutuhan tidak perlu lagi keluar dari kamar, karena bisa dilakukan dengan berbelanja secara online. 2
Jumlah pengguna internetpun terus bertambah. Berdasarkan perhitungan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) terdapat sekitar 25 juta pengguna internet. Peningkatan pengguna internet diprediksi akan terus meningkat sekitar 25 persen setiap tahunnya. Departemen Komunikasi dan Informatika mengemukakan, sekitar 50% penduduk Indonesia pada tahun 2015 yang diperkirakan berjumlah 240 juta jiwa, atau sebanyak 120 juta jiwa, diharapkan sudah terhubung dan mampu menggunakan internet. Harapan tersebut sesuai dengan deklarasi World Summit on Informastion Society (WSIS) tahun 2003, dengan poin terpentingnya adalah pada tahun 2015 sekitar 50% penduduk dunia harus memiliki akses informasi yang terhubung dan mampu menggunakan internet.
Sebuah data menunjukkan bahwa dari jumlah pengguna internet di atas, rata-rata pengguna internet di perkotaan 60% adalah di bawah 30 tahun. Artinya, para pengguna itu adalah anak-anak dan remaja.3 Pada tahun 2016, akan ada tiga miliar pengguna internet di seluruh dunia, menurut sebuah studi baru oleh The Boston Consulting Group. Itu adalah setengah penduduk dunia.
Siapa saja dapat menjadi ketagihan atau berlebihan dalam menggunakan internet, termasuk juga mahasiswa. Jika sudah kecanduan, maka mereka itu bisa menjadi introvert, dan sulit berkomunikasi dengan orang-orang yang di sekitarnya. Bahkan masalah lainpun bisa muncul, sebagaimana fenomena yang banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak mahasiswa yang malas kuliah tetapi bersemangat untuk bermain game online, prestasinyapun menurun karena terlalu sering sekali membolos. Bahkan banyak yang menghabiskan uang kebutuhan pokoknya demi kepuasannya dalam bermain game online di warnet.
Penggunaan internet yang berlebihan tersebut, dapat dikategorikan ke dalam gangguan Internet Addiction Disorder (IAD) atau gangguan kecanduan internet, yakni meliputi segala macam hal yang berhubungan dengan internet seperti jejaring sosial, email, pornografi, judi online, game online, chatting dan lain-lain.5 Adiksi terhadap internet terlihat dari intensi waktu yang digunakan seseorang untuk terpaku di depan komputer atau segala macam alat elektronik yang memiliki koneksi internet, dimana akibat banyaknya waktu yang mereka gunakan untuk online membuat mereka tidak peduli dengan kehidupan mereka yang terancam, seperti nilai yang buruk di kampus atau mungkin kehilangan pekerjaan dan bahkan meninggalkan orang-orang yang disayangi. Seperti kasus yang terjadi pada gadis usia 12 tahun kabur dari rumahnya selama 2 minggu, selama itu gadis tersebut mengaku tinggal di sebuah warnet untuk memainkan game online
R. A. Davis menyebutkan beberapa jenis fasilitas pada internet yang dapat memicu terjadinya kecanduan. Misalnya, online sex, games, casino (perjudian), stock trading (bursa efek), dan online auctions (lelang). Kecanduan itu sendiri menurut Kimberly S. Young terdapat beberapa jenis, di antaranya:
1. Kecanduan situs porno internet (cyber-sexual addiction), yaitu seseorang yang melakukan penelusuran dalam situs situs porno atau cybersex secara kompulsif. Individu yang mengalami kecanduan cybersex atau pornografi melalui internet ditandai dengan ketergantungan melihat, menemukan, menelusuri, mendownload, dan berlangganan serta memperdagangkan pornografi secara online atau melakukan percakapan tentang fantasi seksual melalui chat rooms.
2. Kecanduan berhubungan dalam dunia internet (cyber-relational addiction), yaitu seseorang yang hanyut dalam pertemanan melalui dunia cyber. Individu yang selalu menghabiskan waktu menggunakan internet dengan membina hubungan baru dengan teman-teman yang baru saja ditemui dalam program chatting, friendster, multiply, blog, e-mail, atau situs hubungan pertemanan yang menimbulkan ketergantungan yang berlebihan terhadap hubungan online seperti di situs facebook. Teman online menjadi lebih penting bagi individu dalam kehidupannya, daripada keluarga dan teman-teman dalam dunia nyatanya.
3. Kecanduan berhubungan dengan net compulsion, yaitu seseorang yang terobsesi pada situssitus perdagangan (cyber shopping atau day trading) atau perjudian (cyber casino) online. Kecanduan pada permainan online, perjudian online, dan berbelanja secara online yang berlangsung dengan cepat dapat menimbulkan masalah mental baru pada zaman internet ini Melalui akses cepat ke casino virtual, permainan interaktif, dan eBay (situs jual beli online).
4. Kecanduan informasi internet (information overload), yaitu seseorang yang menelusuri situssitus informasi secara kompulsif. Individu yang selalu mengisi waktu menggunakan internet dengan mencari data atau informasi yang disediakan oleh halaman-halaman pada internet (www). Sejumlah data yang tersedia pada World Wide Web dapat menimbulkan perilaku kompulsif yang menuju pada ketergantungan melakukan web surfing dan pencarian sejumlah data. Individu akan menghabiskan sejumlah waktu untuk mencari dan mengumpulkan data dari web dan mengatur informasi tersebut.
5. Kecanduan komputer (computer addiction), yaitu seseorang yang terobsesi pada program-program yang ada di internet. Biasanya permainan permainan online seperti Counter Strike, Ragnarok dan lain sebagainya
Di antara teknologi komunikasi dan informasi yang paling istimewa adalah internet. Internet memang ibarat pisau bermata dua. Di satu sisi, teknologi ini bisa bermanfaat jika digunakan untuk hal-hal yang baik dan bermanfaat, seperti mencari bahan-bahan pelajaran sekolah, bahan diskusi, mencari program beasiswa, konsultasi dengan pakar, belajar jarak jauh, mencari metode-metode pengajaran berbasis multimedia dan lain sebagainya. Namun sayangnya penggunaan internet justru malah bergeser kepada hal-hal yang negatif dan ini harus menjadi perhatian seluruh masyarakat, karena bagaimanapun internet tetap dibutuhkan sebagai sarana informasi dan komunikasi yang bersifat global. Walaupun di sisi lain, harus siap untuk melakukan antisipasi guna mengatasi dampak-dampak negatifnya.
Internet saat ini sudah menjadi bagian kehidupan sehari-hari, sehingga hampir setiap orang, bahkan yang berada di daerah pedesaan atau pelosokpun dapat mengakses internet, itulah bukti bahwa internet sekarang ini telah menjadi pokok kehidupan. Dunia seakan-akan tidak memiliki batas ruang dan waktu, sehingga sangat mudah dijelajahi. Siapapun dapat dengan mudah berkenalan dan berinteraksi, bahkan menjalin hubungan yang akrab dengan individu lainnya dari berbagai belahan benua manapun, tanpa kendala yang berarti. Hal inilah yang mampu ditawarkan internet, sebagai dunia maya yang mampu mengkoneksikan dengan begitu mudahnya. Akan tetapi dibalik kemampuannya tersebut, internet juga menimbulkan hal negatif dalam pemanfaatannya. Dampak negatif ini kebanyakan di kalangan remaja, yang notabene masih berstatus pelajar dan mahasiswa. Misalnya, bermain game online sampai lupa waktu, berjudi, dan yang paling sering membuka situs-situs porno. Berbagai bentuk islustrasi gambar dan adegan yang vulgar dan mengundang nafsu ini, menjadi salah satu menu favorit di kalangan remaja, apalagi mereka secara fisiologis, sedang berada di puncak untuk mengendalikan dorongan seksualnya. Oleh sebab itu, dampak internet demikian hebat, tidak hanya terkait dengan konsumsi situs porno dan perilaku seksual, tetapi juga berdampak pada kesehatan psikologis individu. Sebagaimana dilansir Daily Record bahwa suatu penelitian telah menemukan adanya beberapa gangguan kesehatan akibat penggunaan teknologi dalam kehidupan sehari-hari mulai dari narsisme sampai depresi
Internet adalah jaringan global antar komputer untuk berkomunikasi dari suatu lokasi ke lokasi lain di belahan dunia. Dalam internet terdapat berbagai macam informasi, baik yang baik maupun yang buruk, yang benar maupun yang salah. Semua informasi itu dapat diakses lewat internet. Penggunaan internet berkembang dengan pesat. Kini masyarakat dapat dengan mudah mengakses internet di warnet atau melalui laptop dengan modem ataupun wireless-connected, bahkan lewat handphone. Sekarang mungkin untuk mentransfer uang kepada teman atau kolega, hanya dengan mengklik mouse melalui fasilitas e-banking atau mobile banking yang tersedia di handphone. Anda dapat melakukan perjalanan ke luar negeri tanpa membawa uang tunai. Internet telah berkembang menjadi salah satu alat tercepat dan paling efisien. Begitu banyak yang diberikan oleh dunia maya, sehingga untuk memenuhi kebutuhan tidak perlu lagi keluar dari kamar, karena bisa dilakukan dengan berbelanja secara online. 2
Jumlah pengguna internetpun terus bertambah. Berdasarkan perhitungan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) terdapat sekitar 25 juta pengguna internet. Peningkatan pengguna internet diprediksi akan terus meningkat sekitar 25 persen setiap tahunnya. Departemen Komunikasi dan Informatika mengemukakan, sekitar 50% penduduk Indonesia pada tahun 2015 yang diperkirakan berjumlah 240 juta jiwa, atau sebanyak 120 juta jiwa, diharapkan sudah terhubung dan mampu menggunakan internet. Harapan tersebut sesuai dengan deklarasi World Summit on Informastion Society (WSIS) tahun 2003, dengan poin terpentingnya adalah pada tahun 2015 sekitar 50% penduduk dunia harus memiliki akses informasi yang terhubung dan mampu menggunakan internet.
Sebuah data menunjukkan bahwa dari jumlah pengguna internet di atas, rata-rata pengguna internet di perkotaan 60% adalah di bawah 30 tahun. Artinya, para pengguna itu adalah anak-anak dan remaja.3 Pada tahun 2016, akan ada tiga miliar pengguna internet di seluruh dunia, menurut sebuah studi baru oleh The Boston Consulting Group. Itu adalah setengah penduduk dunia.
Siapa saja dapat menjadi ketagihan atau berlebihan dalam menggunakan internet, termasuk juga mahasiswa. Jika sudah kecanduan, maka mereka itu bisa menjadi introvert, dan sulit berkomunikasi dengan orang-orang yang di sekitarnya. Bahkan masalah lainpun bisa muncul, sebagaimana fenomena yang banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak mahasiswa yang malas kuliah tetapi bersemangat untuk bermain game online, prestasinyapun menurun karena terlalu sering sekali membolos. Bahkan banyak yang menghabiskan uang kebutuhan pokoknya demi kepuasannya dalam bermain game online di warnet.
Penggunaan internet yang berlebihan tersebut, dapat dikategorikan ke dalam gangguan Internet Addiction Disorder (IAD) atau gangguan kecanduan internet, yakni meliputi segala macam hal yang berhubungan dengan internet seperti jejaring sosial, email, pornografi, judi online, game online, chatting dan lain-lain.5 Adiksi terhadap internet terlihat dari intensi waktu yang digunakan seseorang untuk terpaku di depan komputer atau segala macam alat elektronik yang memiliki koneksi internet, dimana akibat banyaknya waktu yang mereka gunakan untuk online membuat mereka tidak peduli dengan kehidupan mereka yang terancam, seperti nilai yang buruk di kampus atau mungkin kehilangan pekerjaan dan bahkan meninggalkan orang-orang yang disayangi. Seperti kasus yang terjadi pada gadis usia 12 tahun kabur dari rumahnya selama 2 minggu, selama itu gadis tersebut mengaku tinggal di sebuah warnet untuk memainkan game online
Jenis Jenis Kecanduan Internet
R. A. Davis menyebutkan beberapa jenis fasilitas pada internet yang dapat memicu terjadinya kecanduan. Misalnya, online sex, games, casino (perjudian), stock trading (bursa efek), dan online auctions (lelang). Kecanduan itu sendiri menurut Kimberly S. Young terdapat beberapa jenis, di antaranya:
1. Kecanduan situs porno internet (cyber-sexual addiction), yaitu seseorang yang melakukan penelusuran dalam situs situs porno atau cybersex secara kompulsif. Individu yang mengalami kecanduan cybersex atau pornografi melalui internet ditandai dengan ketergantungan melihat, menemukan, menelusuri, mendownload, dan berlangganan serta memperdagangkan pornografi secara online atau melakukan percakapan tentang fantasi seksual melalui chat rooms.
2. Kecanduan berhubungan dalam dunia internet (cyber-relational addiction), yaitu seseorang yang hanyut dalam pertemanan melalui dunia cyber. Individu yang selalu menghabiskan waktu menggunakan internet dengan membina hubungan baru dengan teman-teman yang baru saja ditemui dalam program chatting, friendster, multiply, blog, e-mail, atau situs hubungan pertemanan yang menimbulkan ketergantungan yang berlebihan terhadap hubungan online seperti di situs facebook. Teman online menjadi lebih penting bagi individu dalam kehidupannya, daripada keluarga dan teman-teman dalam dunia nyatanya.
3. Kecanduan berhubungan dengan net compulsion, yaitu seseorang yang terobsesi pada situssitus perdagangan (cyber shopping atau day trading) atau perjudian (cyber casino) online. Kecanduan pada permainan online, perjudian online, dan berbelanja secara online yang berlangsung dengan cepat dapat menimbulkan masalah mental baru pada zaman internet ini Melalui akses cepat ke casino virtual, permainan interaktif, dan eBay (situs jual beli online).
4. Kecanduan informasi internet (information overload), yaitu seseorang yang menelusuri situssitus informasi secara kompulsif. Individu yang selalu mengisi waktu menggunakan internet dengan mencari data atau informasi yang disediakan oleh halaman-halaman pada internet (www). Sejumlah data yang tersedia pada World Wide Web dapat menimbulkan perilaku kompulsif yang menuju pada ketergantungan melakukan web surfing dan pencarian sejumlah data. Individu akan menghabiskan sejumlah waktu untuk mencari dan mengumpulkan data dari web dan mengatur informasi tersebut.
5. Kecanduan komputer (computer addiction), yaitu seseorang yang terobsesi pada program-program yang ada di internet. Biasanya permainan permainan online seperti Counter Strike, Ragnarok dan lain sebagainya
Faktor Etiologi Kecanduan Internet
Masalah Pribadi
Sebagai manusia tentunya kita tidak bisa lari berbagai masalah yang muncul setiap harinya. Meskipun berulang kali diselesaikan, namun masalah baru selalu muncul dan memberikan warna tersendiri bagi hidup manusia.
Bagi beberapa orang, masalah-masalah tersebut justru membuat hidup mereka lebih bermakna. Namun berbeda dengan 'calon' pecandu internet. Masalah-masalah yang muncul tiada henti sering membuat mereka membutuhkan sesuatu untuk 'menyandarkan' diri, dan internet adalah salah satunya. Kecanduan internet yang disebabkan oleh masalah pribadi seperti ini biasanya mirip dengan kecanduan rokok, alkohol, dan narkoba.
Tingkat stres yang tinggi dan kondisi mental juga kerap membuat seseorang lebih suka berpaling ke internet, menjadikannya obat utama selain berusaha menyelesaikan masalah tersebut. Misalnya, seorang istri yang tidak mendapatkan perhatian dari suaminya berpotensi untuk mencari perhatian lain dari orang asing di internet. Jika dibiarkan hal ini dapat membuat wanita tersebut kecanduan internet. Bahkan, bisa saja setiap kali ada masalah dengan suami, dia akan menjadikan internet sebagai tempat 'curahan hati'
Respon biokimia otak
Dalam beberapa kasus kecanduan, muncul sebuah perasaan nikmat saat mereka terkoneksi dan dapat berselancar di dunia maya. Perasaan senang atau nikmat tersebut kemungkinan besar terkait dengan hormon endorphin yang dikeluarkan oleh hipotalamus otak.
Hormon ini keluar saat seseorang bahagia, seperti saat mengakses internet. Keluarnya hormon endorphin sendiri berbeda pada tiap orang, tergantung dari kebiasaan mereka. Oleh sebab itu, jika seseorang mulai terbiasa dengan kebahagiaan di internet secara berlebihan, terdapat kemungkinan bila dia kelak menderita IAD.
Internet sebagai sarana melarikan diri
Alasan yang keempat ini boleh dibilang sebagai gabungan dari masalah pribadi dan rasa malu berlebih. Saat kedua hal tersebut terjadi pada seorang netizen, maka dirinya bisa menganggap interaksi via dunia maya menjadi sangat berguna. Bahkan tidak sedikit, orang dengan masalah berjibun menganggap forum-forum atau jejaring sosial sebagai sarana untuk relaksasi.
Tetapi perlu disadari jika motivasi untuk relaksasi tersebut bisa berkembang seiring dengan mengalirnya waktu. Saat pengguna internet sudah terlanjur memiliki ikatan yang kuat terhadap akun-akun serta pengguna lain, maka mereka sangat berpotensi untuk mengalami kecanduan internet.
Lama-kelamaan mereka berpikir bila teman-teman online mereka dapat membantu mereka kabur dari segala masalah hingga memuaskan kebutuhan interaksi yang tidak mereka dapat di dunia nyata. Bahkan, ada beberapa netizen yang sengaja membuat akun palsu lain untuk diajak interaksi.
Perilaku yang negatif tersebut justru dapat meningkatkan gejala depresi dan perasaan tidak diterima dalam masyarakat. Netizen yang sudah masuk tahap ini ada baiknya segera berkonsultasi dengan orang yang lebih ahli, seperti dokter atau psikiater.
.DAFTAR PUSTAKA
- Kimberly S. Young, The Relationship Between depression and Internet
Addiction. Cyber psychology Behavior, (Mary Ann Liebert, Inc. 1998), hlm. 121
- Tim Internet Sehat, “Waspadai Gangguan Kecanduan Internet Sejak Dini”,
http://ictwatch. com/internetsehat/2010/03/04/waspadai-gangguan-kecanduaninternet-sejak-dini/2010, di akses tgl 10 Juni 2013.
- Jurnal Dakwah, Vol. XV, No. 2 Tahun 2014
Comments
Post a Comment